Salah seorang yang besar
dan arif (mengenal) Allah, pasrah kepada qadha’-Nya, dan ridha dengan keputusan
taqdir-Nya, adalah Nabi Ayyub AS. Sesungguhnya beliau mendapat cobaan penyakit
pada fisik, ludes semua hartanya, dan kehilangan semua anaknya.
Disebutkan bahwa tiada yang tersisa dari anggota tubuhnya yang
sehat barang setusuk jarum pun. Semuanya terkena penyakit, kecuali hanya
kalbunya, dan tiada yang tersisa dari hartanya barang sedikit pun untuk dapat
dijadikan sebagai biaya pengobatan dan
penghidupannya. Akan tetapi, istrinya tetap setia dan mencintainya, karena dia
adalah seorang wanita yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (yang saat itu
adalah suaminya sendiri).
Dia rela menjadi pembantu
orang lain dengan upah untuk membiayai hidupnya sendiri dan suaminya. Dia tetap
sabar melayani suaminya yang sakit itu selama kurang lebih 18 tahun, tanpa
berpisah darinya pagi dan petang, selain waktu untuk melayani orang lain
sebagai pembantu, kemudian segera kembali kepada suaminya. Lama-kelamaan makin
bertambah parahlah keadaannya dan masa yang telah ditaqdirkan bagi Ayyub untuk
menerima cobaan telah habis, maka mulailah Ayyub memohon dengan mendesak kepada
Tuhan semesta alam, yang disembah oleh semua utusan dan Yang Maha Penyayang di
antara para penyayang, seraya berseru kepada-Nya, sebagaimana yang dikisahkan
oleh firman-Nya:
“(Ya
Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang.” (QS.21:83)
Pada saat itu juga Allah memperkanankan
baginya, menerima doanya, dan menyambut seruannya, lalu Dia memerintahkan
kepadanya untuk bangkit dari tempat tinggalnya dan menggejogkan kakinya ke
tanah. Ayyub pun melakukannya, maka Allah menyemburkan mata air dari injakan
kakinya itu dan Allah memerintahkan kepadanya untuk mandi dengan airnya. Saat
itu juga lenyaplah semua penyakit yang ada pada tubuhnya. Selanjutnya, Allah
memerintahkannya untuk menggejog bumi sekali lagi di tempat yang lain, maka
Allah mengeluarkan mata air yang lain buatnya dan memerintahkan kepadanya untuk
minum dari airnya. Saat itu juga Allah melenyapkan semua penyakit yang ada pada
bagian dalam tubuhnya, sehingga sempurnalah kesehatan bagi Ayyub lahir dan
batinnya. Demikian itu terealisasi berkat kesabarannya dan kesudahan dari
ketulusan dalam meraih pahala Allah serta buah dari keridhaannya kepada taqdir
Allah SWT.
Adakalanya
manusia menyesali perkataannya,
tetapi
ia tidak akan menyesal karena sikap diamnya.
No comments:
Post a Comment